Rabu, 19 Desember 2012

Narimo Ing Pandum, Filosofi Untuk Bekerja Keras


Narimo artinya ikhlas menerima, Pandum= pemberian. Dalam konteks ini adalah pemberian dari Allah, sebab filosofi jawa selalu terkait dengan unsur- unsur batiniah atau spiritual. Walah.. walah.. Narimo ing Pandum yo nggak bakal bisa sugih.. demikian celetuk seorang kawan. Dan alhamdullilah, kawan tersebut dalam pandangan saya bukan termasuk kategori orang kaya, artinya memang celetukannya belum dapat dijadikan referensi Pandum adalah pemberian, artinya hak. Hak dapat kita nikmati sepenuhnya setelah kita melaksanakan kewajiban terlebih dahulu. Atau kerja dulu baru hak. Demikian maksud dari filosofi Narimo ing Pandum. Apa yang kita terima tentu saja telah sebanding dengan apa yang kita usahakan, demikian tentunya jika kita selalu melihat nilai material dari sisi ke Ilahian. Bagaimana jika ditipu pihak lain sementara kita sudah bekerja? Saya pribadi tetap berpegang pada konteks diatas. Langkah pertama adalah mawas diri, instropeksi: karena pastinya kita pun pernah menzalimi pihak lain, dan saatnya hari ini timbal balik terjadi (sebab akibat). Setelah mawas diri dan terjadi pengakuan salah terhadap diri sendiri dan terjadi itikad untuk mengulangi kezaliman berikutnya, barulah urusan tipu menipu diselesaikan. Saya yakin segalanya akan berproses secara lebih baik. Narimo ing Pandum, demikian yang selalu diajarkan oleh para leluhur, yang hari ini saya kutip sebagai bahan posting agar dapat selalu saya ingat dan lestari. Mari sahabat, budayakan bekerja keras dan budayakan Narimo ing Pandum, ini merupakan warisan budaya luhur yang sangat penting untuk dihargai dan dilestarikan. Kalo diabaikan ntar di klaim negara tetangga lho..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar